Senin, 03 Februari 2014




Berjumpa dengan pendeta yaksinii siddha

Sesudah kontak pribadi dengan baba dan mengikuti kelas tattvika, saya bergerak dengan kecepatan dan tenaga penuh untuk melenyapkan eksploitasi dari masyarakat.

Segera sesudah itu saya pergi ke tempat kerja saya di rai bachara, di mana suatu tambang-batu-bara baru mulai beroperasi. Itu merupakan tempat kecil di tengah-tengah  hutan belantara.

Beberapa hari setelah kedatangan saya, seorang margi bertanya, “apakah kau mendengar bahwa seorang pendeta yaksinii siddha dari nepal ada di sini? Dia menarik bayaran empat rupee per orang untuk memberitahukan masa lalu dan masa depannya.”

Hal ini benar-benar akan mengeksploitasi yang miskin dan tak berpendidikan. Saya minta margii itu untuk mencari tahu dari orang-orang yang sudah bertemu pendeta itu, kapan dan di mana orang dapat bertemu dengannya. Sesudah memperoleh semua informasi yang diperlukan, kami merencanakan untuk bertemu dengannya untuk mengusirnya dari wilayah kami.

Sekitar jam 11 malam harinya, dengan empat margii muda, kami pergi langsung ke tempat pendeta itu tinggal. Sesudah menyampaikan salam, saya bertanya, “tuan pendeta, anda memiliki yaksinii siddhi?”

Dengan bangga dia menjawab, “ya. Apa yang kau inginkan? Berikanlah uang empat rupee dan aku akan memberi tahu masa lalu dan masa depanmu dengan bantuan yaksinii.”

Saya bertanya, “tapi bagaimana dengan masa depan anda? Mengapa anda tidak menggunakan yaksinii itu untuk mengetahui masa depan anda?”  Saya mengatakan terus terang, “anda telah mengeksploitasi para pekerja miskin ini. Anda harus meninggalkan tempat ini sebelum matahari terbit, jika tidak , anda akan tahu akibatnya.”

Seperti para pandit [intelektual] yang umumnya penakut, dia menjawab, “baiklah, baba, aku akan meninggalkan tempat ini sebelum matahari terbit besok. Jangan sakiti aku.”

Dia meninggalkan tempat itu sebelum matahari terbit, tetapi orang yang membawanya ke sini adalah salah satu staf kami yang juga sering melakukan praktek lintah darat. Dia sangat marah dan berkata, - ananda margii berani mengusir pendeta tamuku? Aku akan kirim pesan bahwa mereka harus siap bertempur!

Saya mengumpulkan lima puluh pekerja saya dan minta mereka selalu siap dan saat menerima perintah saya mereka harus segera datang dan siap bertempur. Saya juga mengirim informasi ini ke lintah darat yang mengundang pendeta itu. Berita ini menyebar cepat seperti api membakar ilalang ke seluruh lingkungan perusahaan kami. Atasan saya mengirim pesan, menyuruh saya menemuinya segera. Sesuai dengan pesan itu, saya menemuinya. Dia memberi tahu semua yang dia dengar, dan minta saya tidak membuat masalah. Saya menjawab bahwa saya tidak akan memulai kekacauan, tetapi jika seseorang mencari perkara dan menantang saya, maka saya harus siap dan menghadapinya dengan jantan. Tentu saja seorang yang tak bermoral tak kan punya keberanian untuk bertarung.

Minggu berikutnya saya pergi ke jamalpur untuk mengunjungi baba. Baba telah minta pa-nya untuk menyertakan saya dalam jalan-jalan sore bersamanya. Ketika saya berjalan bersamanya, dia bertanya, “aku dengar ananda margii di unit-mu mengusir seorang pendeta yang mengekploitasi orang banyak. Bagus sekali.” Dia minta saya menceritakan rinciannya dan saya mengisahkan seluruh ceritanya. Dia kelihatan sangat gembira.

Dada Cidananda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar