Sesudah kontak pribadi dengan baba dan mengikuti kelas tattvika, saya
bergerak dengan kecepatan dan tenaga penuh untuk melenyapkan eksploitasi dari
masyarakat.
Segera sesudah itu saya pergi ke tempat kerja saya di rai bachara, di
mana suatu tambang-batu-bara baru mulai beroperasi. Itu merupakan tempat kecil
di tengah-tengah hutan belantara.
Beberapa hari setelah kedatangan saya, seorang margi bertanya, “apakah
kau mendengar bahwa seorang pendeta yaksinii siddha dari nepal ada di sini? Dia
menarik bayaran empat rupee per orang untuk memberitahukan masa lalu dan masa
depannya.”
Hal ini benar-benar akan mengeksploitasi yang miskin dan tak
berpendidikan. Saya minta margii itu untuk mencari tahu dari orang-orang yang
sudah bertemu pendeta itu, kapan dan di mana orang dapat bertemu dengannya.
Sesudah memperoleh semua informasi yang diperlukan, kami merencanakan untuk
bertemu dengannya untuk mengusirnya dari wilayah kami.
Sekitar jam 11 malam harinya, dengan empat margii muda, kami pergi
langsung ke tempat pendeta itu tinggal. Sesudah menyampaikan salam, saya bertanya,
“tuan pendeta, anda memiliki yaksinii siddhi?”
Dengan bangga dia menjawab, “ya. Apa yang kau inginkan? Berikanlah uang
empat rupee dan aku akan memberi tahu masa lalu dan masa depanmu dengan bantuan
yaksinii.”
Saya bertanya, “tapi bagaimana dengan masa depan anda? Mengapa anda
tidak menggunakan yaksinii itu untuk mengetahui masa depan anda?” Saya mengatakan terus terang, “anda telah
mengeksploitasi para pekerja miskin ini. Anda harus meninggalkan tempat ini
sebelum matahari terbit, jika tidak , anda akan tahu akibatnya.”
Seperti para pandit [intelektual] yang umumnya penakut, dia menjawab,
“baiklah, baba, aku akan meninggalkan tempat ini sebelum matahari terbit besok.
Jangan sakiti aku.”
Dia meninggalkan tempat itu sebelum matahari terbit, tetapi orang yang
membawanya ke sini adalah salah satu staf kami yang juga sering melakukan
praktek lintah darat. Dia sangat marah dan berkata, - ananda margii berani
mengusir pendeta tamuku? Aku akan kirim pesan bahwa mereka harus siap
bertempur!
Saya mengumpulkan lima puluh pekerja saya dan minta mereka selalu siap
dan saat menerima perintah saya mereka harus segera datang dan siap bertempur.
Saya juga mengirim informasi ini ke lintah darat yang mengundang pendeta itu.
Berita ini menyebar cepat seperti api membakar ilalang ke seluruh lingkungan
perusahaan kami. Atasan saya mengirim pesan, menyuruh saya menemuinya segera.
Sesuai dengan pesan itu, saya menemuinya. Dia memberi tahu semua yang dia
dengar, dan minta saya tidak membuat masalah. Saya menjawab bahwa saya tidak
akan memulai kekacauan, tetapi jika seseorang mencari perkara dan menantang
saya, maka saya harus siap dan menghadapinya dengan jantan. Tentu saja seorang
yang tak bermoral tak kan punya keberanian untuk bertarung.
Dada Cidananda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar