Dari Kebinatangan Menuju Ketuhanan
Sarve
ca pashavah santi talavad bhútale naráh;
Teśáḿ jiṋána prakásháya viirabhávah prakáshitah.
Viirabhávaḿ sadá prápya krameńa devatá bhavet.
Teśáḿ jiṋána prakásháya viirabhávah prakáshitah.
Viirabhávaḿ sadá prápya krameńa devatá bhavet.
[Awalnya setiap orang adalah pashu, atau binatang. Namun ketika
spiritualitasnya tumbuh, mereka menjadi viira,
pemberani. Dan ketika mereka telah mantap dalam viirabha’va, maka mereka akan menjadi dewata].
Sebagai
mahluk ciptaan, semua orang di alam semesta ini adalah pashu sejak lahir, yakni seperti hewan. Namun standar mereka harus
ditingkatkan menuju Ketuhanan. Prosesnya pashu,
atau hewan, menjadi manusia, lalu manusia menjadi dewa. Proses ini, sistem
peningkatan, metode pengembangan, dari kebinatangan menuju kedewaan, merupakan latihan
spiritual kalian.
Dalam
Sanskerta dikatakan bahwa;
“Janmaná jáyate shúdra
saḿskárát dvija ucyate;
Vedapát́he bhavet vipra Brahma jánáti Bráhmańah.”
Vedapát́he bhavet vipra Brahma jánáti Bráhmańah.”
“Sejak
lahir, setiap pribadi adalah shúdra.” (shúdra berarti memiliki hasrat-hasrat
binatang). “ Dan saat seseorang mendapatkan inisiasi Vaedikii diikśá – yakni, ketika ia belajar berdoa, bagaimana
mengungkapkan hasrat menjadi manusia – mereka ini dinamakan sebagai dvija.” (dvija artinya kelahiran kedua, di mana orang tidak lagi seperti
binatang). “Lalu setelah menyelesaikan kitab-kitab suci, mempelajari
pengetahuan spiritual yang benar, individu tersebut disebut dengan vipra. Dan setelah memperoleh Tántrikii diikśá, yaitu
inisiasi di dunia psiko-spiritual, maka ia menjadi Bráhmańa.”
Sekarang
pertanyaannya adalah, apakah hewan-hewan ini, yang bersifat brutal ini, tidak
mempunyai masa depan? Tentu saja mereka punya. Karena Leluhur Agung itu selalu
mendampingi setiap orang, dan Dia juga mendampingi hewan berjasad manusia ini.
Dan para pashu yang obyek
pemujaannya, atau tujuan hidupnya adalah Parama
Puruśa, mereka akan memanggil Tuhan dengan sebutan Pashupati [Dewa para binatang].
“O Junjunganku, O Parama Puruśa,
kami adalah pashu, kami adalah
binatang, dan Engkau adalah Dewa dari para binatang, Engkau adalah Pashupati.”
Jadi
salah satu gelar Parama Puruśa
adalah Pashupati. Bagi kaum manusia
yang sedang terlelap, maka Kesadaran Agung itu, Entitas Agung, adalah Pashupati.
Teśáḿ
jiṋána prakásháya
viirabháva prakáshitah - Lantas, tatkala mereka menyadari,
mengerti, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, mereka
akan menjadi pemberani. Kenapa berani? Karena mereka berjuang melawan semua
bentuk kekerasan, kesulitan, segalanya yang bersifat memusuhi. Sehingga mereka
merupakan satria; dan satria dalam Sanskerta disebut viira. Dengan demikian dalam tahap perkembangan viirabháva, sewaktu seseorang sudah
siap untuk bertempur melawan segala macam kekuatan, maka ia adalah viira. Tantra pada tingkatan ini disebut
viirabháva, bagi pribadi ini Tuhan
dijulukinya Viireshvara – sudah tidak
lagi Pashupati, tetapi Viireshvara. Satu dari berbagai nama
Tuhan adalah Viireshvara.
Selanjutnya,
Ketika individu mencapai viirabháva penuh
– saat tak ada lagi ketakutan, tak ada kekalahan, tak mau ditaklukan – pada
situasi tersebutlah ia telah mantap dalam viirabháva.
Dan bháva jenis ini dinamakan juga divyabháva. Mereka ini tidak lagi
disebut viira. Dia adalah dewa, atau
dewata. Krameńa devatá bhavet. “Dia menjadi dewata, dia menjadi dewa dalam wujud manusia,
dewa berjasad manusia.” Tahap ini disebut dengan divyabháva. Target dari orang semacam ini, atau obyek yang
dipujanya, adalah Mahadewa, bukan lagi Viireshvara
tetapi Mahadewa.
Di
tahap permulaan Dewanya adalah Pashupati,
di tingkat kedua Viireshvara, dan di
jenjang final Mahadewa. Jadi Junjungan
yang sama, menurut tahap psiko-spiritual penyunjungnya, diberi nama kadangkala Pashupati, kadang Viireshvara, kadang Mahadewa. Sekarang, kukatakan bahwa manusia
punya tiga tipe ekspresi: satu ekspresi adalah berpikir, fungsi berpikir, dan
kedua adalah berbicara… yang pertama fungsinya ada di dalam lingkup sel-sel
saraf, dan yang kedua perannya di mana? Yakni di mulut. Lalu aksi ketiga adalah
aksi melalui badan fisik, gerakan tubuh.
Sekarang
dalam kasus pashu, atau hewan
berjasad manusia, maka isi pikirannya satu hal… lalu lidahnya berbicara lain… dan
perilakunya lain lagi! Tidak ada penyesuaian diantara ketiga ekspresi tersebut.
Individu demikian adalah pashu, dalam
tahap pashu, dalam hirarki
kebinatangan, walaupun tubuhnya adalah manusia. Di dalam masyarakat mereka
memegang peran mayoritas, dan yang lain ada di kelompok minoritas yang tidak
sebanding; dan aku ingin kalian pria dan wanita berusaha semaksimal mungkin
untuk mengurangi jumlah para pashu.
Selanjutnya
di tahap kedua, yaitu pada tingkatan viira,
pikiran mengatakan sesuatu yang berbeda… tetapi dalam ucapan dan perbuatan ada
kesamaan. Jadi, ada perbedaan antara pikiran di satu sisi, serta kata-kata dan
perbuatan di sisi lain, namun di sini yang diujarkan dengan yang dipraktekkan
sudah sama. Ketika mereka katakan, mereka juga lakukan. Di dalam masyarakat,
pribadi viirabháva demikian ini
dihormati sebagai orang besar, sebagai Mahá
Puruśa, pemimpin publik, pemimpin negara. Tetapi masih ada kelemahan pada
mereka, karena pikiran dan perbuatan mereka tak sama. Tindakan dan ucapan
mereka sama, hanya pikirannya berbeda. Bisakah dipahami? Mereka ada di viirabháva, mereka adalah viira, junjungan mereka adalah Viireshvara.
Lantas
pada tahap terakhir, yakni waktu pencari spiritual mencapai derajat
dewata, maka apa yang ia pikirkan, ia
akan ucapkan; dan apa yang ia ucapkan, ia akan lakukan. Tiada perbedaan
diantara pikiran, perkataan dan pelaksanaan. Dan inilah tahapan yang terbaik
bagi struktur atau eksistensi manusia.
Kalian
semua harus berusaha menjadi demikian itu, dan aku ingin jumlah orang yang
semacam ini, yang telah mencapai derajat dewata, mengalami peningkatan. Dan
kalian yang menjadi pekerjaku, atau wholetimer
(1), tujuannya adalah
untuk menambah dewata di dalam
masyarakat manusia.
Patna, 7
September 1978
Diterjemahkan oleh dada Vibhakarananda (Ananda Marga Yoga Bali)
(1) [sebutan lain bagi sannyásii/biksu di Ananda Marga]
Six months after the Supreme Court reversal, Pennsylvania took its first authorized sports activities bet at a on line casino sportsbook in 2018. Additional licenses have since been handed out and mobile/online wagering is also be|can be} accepted in-state. In December 2021, sports activities betting grew to become authorized in Ohio after Gov. Mike DeWine signed it into regulation. However, it is expected that Ohio residents won't be able 룰렛 to|be capable of|have the flexibility to} place any wagers until Jan. 1, 2023 on the earliest.
BalasHapus