Senin, 03 Februari 2014



Dari Kebinatangan Menuju  Ketuhanan


            Sarve ca pashavah santi talavad bhútale naráh;
Teśáḿ jin
̭ána prakásháya viirabhávah prakáshitah.
Viirabhávaḿ sadá prápya krameńa devatá bhavet.
                            (Rudrayámala Tantra)
[Awalnya setiap orang adalah pashu, atau binatang. Namun ketika spiritualitasnya tumbuh, mereka menjadi viira, pemberani. Dan ketika mereka telah mantap dalam viirabha’va, maka mereka akan menjadi dewata].
              Sebagai mahluk ciptaan, semua orang di alam semesta ini adalah pashu sejak lahir, yakni seperti hewan. Namun standar mereka harus ditingkatkan menuju Ketuhanan. Prosesnya pashu, atau hewan, menjadi manusia, lalu manusia menjadi dewa. Proses ini, sistem peningkatan, metode pengembangan, dari kebinatangan menuju kedewaan, merupakan latihan spiritual kalian.
              Dalam Sanskerta dikatakan bahwa;
“Janmaná jáyate shúdra saḿskárát dvija ucyate;
Vedapát́he bhavet vipra Brahma jánáti Bráhmańah.”
         
              “Sejak lahir, setiap pribadi adalah shúdra.” (shúdra berarti memiliki hasrat-hasrat binatang). “ Dan saat seseorang mendapatkan inisiasi Vaedikii diikśá – yakni, ketika ia belajar berdoa, bagaimana mengungkapkan hasrat menjadi manusia – mereka ini dinamakan sebagai dvija.” (dvija artinya kelahiran kedua, di mana orang tidak lagi seperti binatang). “Lalu setelah menyelesaikan kitab-kitab suci, mempelajari pengetahuan spiritual yang benar, individu tersebut disebut dengan vipra. Dan setelah memperoleh Tántrikii diikśá, yaitu inisiasi di dunia psiko-spiritual, maka ia menjadi Bráhmańa.”
              Sekarang pertanyaannya adalah, apakah hewan-hewan ini, yang bersifat brutal ini, tidak mempunyai masa depan? Tentu saja mereka punya. Karena Leluhur Agung itu selalu mendampingi setiap orang, dan Dia juga mendampingi hewan berjasad manusia ini. Dan para pashu yang obyek pemujaannya, atau tujuan hidupnya adalah Parama Puruśa, mereka akan memanggil Tuhan dengan sebutan Pashupati [Dewa para binatang].  “O Junjunganku, O Parama Puruśa, kami adalah pashu, kami adalah binatang, dan Engkau adalah Dewa dari para binatang, Engkau adalah Pashupati.”   
              Jadi salah satu gelar Parama Puruśa adalah Pashupati. Bagi kaum manusia yang sedang terlelap, maka Kesadaran Agung itu, Entitas Agung, adalah Pashupati.  
              Teśáḿ jiṋána prakásháya viirabháva prakáshitah - Lantas, tatkala mereka menyadari, mengerti, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, mereka akan menjadi pemberani. Kenapa berani? Karena mereka berjuang melawan semua bentuk kekerasan, kesulitan, segalanya yang bersifat memusuhi. Sehingga mereka merupakan satria; dan satria dalam Sanskerta disebut viira. Dengan demikian dalam tahap perkembangan viirabháva, sewaktu seseorang sudah siap untuk bertempur melawan segala macam kekuatan, maka ia adalah viira. Tantra pada tingkatan ini disebut viirabháva, bagi pribadi ini Tuhan dijulukinya Viireshvara – sudah tidak lagi Pashupati, tetapi Viireshvara. Satu dari berbagai nama Tuhan adalah Viireshvara.        
              Selanjutnya, Ketika individu mencapai viirabháva penuh – saat tak ada lagi ketakutan, tak ada kekalahan, tak mau ditaklukan – pada situasi tersebutlah ia telah mantap dalam viirabháva. Dan bháva jenis ini dinamakan juga divyabháva. Mereka ini tidak lagi disebut viira. Dia adalah dewa, atau dewata. Krameńa devatá bhavet. “Dia menjadi dewata, dia menjadi dewa dalam wujud manusia, dewa berjasad manusia.” Tahap ini disebut dengan divyabháva. Target dari orang semacam ini, atau obyek yang dipujanya, adalah Mahadewa, bukan lagi Viireshvara tetapi Mahadewa.
              Di tahap permulaan Dewanya adalah Pashupati, di tingkat kedua Viireshvara, dan di jenjang  final Mahadewa. Jadi Junjungan yang sama, menurut tahap psiko-spiritual penyunjungnya, diberi nama kadangkala Pashupati, kadang Viireshvara, kadang Mahadewa. Sekarang, kukatakan bahwa manusia punya tiga tipe ekspresi: satu ekspresi adalah berpikir, fungsi berpikir, dan kedua adalah berbicara… yang pertama fungsinya ada di dalam lingkup sel-sel saraf, dan yang kedua perannya di mana? Yakni di mulut. Lalu aksi ketiga adalah aksi melalui badan fisik, gerakan tubuh.
              Sekarang dalam kasus pashu, atau hewan berjasad manusia, maka isi pikirannya satu hal… lalu lidahnya berbicara lain… dan perilakunya lain lagi! Tidak ada penyesuaian diantara ketiga ekspresi tersebut. Individu demikian adalah pashu, dalam tahap pashu, dalam hirarki kebinatangan, walaupun tubuhnya adalah manusia. Di dalam masyarakat mereka memegang peran mayoritas, dan yang lain ada di kelompok minoritas yang tidak sebanding; dan aku ingin kalian pria dan wanita berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi jumlah para pashu.            
              Selanjutnya di tahap kedua, yaitu pada tingkatan viira, pikiran mengatakan sesuatu yang berbeda… tetapi dalam ucapan dan perbuatan ada kesamaan. Jadi, ada perbedaan antara pikiran di satu sisi, serta kata-kata dan perbuatan di sisi lain, namun di sini yang diujarkan dengan yang dipraktekkan sudah sama. Ketika mereka katakan, mereka juga lakukan. Di dalam masyarakat, pribadi viirabháva demikian ini dihormati sebagai orang besar, sebagai Mahá Puruśa, pemimpin publik, pemimpin negara. Tetapi masih ada kelemahan pada mereka, karena pikiran dan perbuatan mereka tak sama. Tindakan dan ucapan mereka sama, hanya pikirannya berbeda. Bisakah dipahami? Mereka ada di viirabháva, mereka adalah viira, junjungan mereka adalah Viireshvara.
              Lantas pada tahap terakhir, yakni waktu pencari spiritual mencapai derajat dewata,  maka apa yang ia pikirkan, ia akan ucapkan; dan apa yang ia ucapkan, ia akan lakukan. Tiada perbedaan diantara pikiran, perkataan dan pelaksanaan. Dan inilah tahapan yang terbaik bagi struktur atau eksistensi manusia.             
              Kalian semua harus berusaha menjadi demikian itu, dan aku ingin jumlah orang yang semacam ini, yang telah mencapai derajat dewata, mengalami peningkatan. Dan kalian yang menjadi pekerjaku, atau wholetimer (1),  tujuannya adalah untuk menambah dewata di dalam masyarakat manusia.

Patna, 7 September 1978
Diterjemahkan oleh dada Vibhakarananda (Ananda Marga Yoga Bali)
(1) [sebutan lain bagi sannyásii/biksu di Ananda Marga]

1 komentar:

  1. Six months after the Supreme Court reversal, Pennsylvania took its first authorized sports activities bet at a on line casino sportsbook in 2018. Additional licenses have since been handed out and mobile/online wagering is also be|can be} accepted in-state. In December 2021, sports activities betting grew to become authorized in Ohio after Gov. Mike DeWine signed it into regulation. However, it is expected that Ohio residents won't be able 룰렛 to|be capable of|have the flexibility to} place any wagers until Jan. 1, 2023 on the earliest.

    BalasHapus