Selasa, 25 Februari 2014

Janganlah Takut!

Yato vaco nivartante aparapya mansa saha Anandam brahmano vidvan na vibheti kutashcana.

Sadhaka yang telah menyadari akan Brahma (yang tak terjangkau melalui kata-kata atau pikiran) sebagai perwujudan kebahagiaan (bliss) tak akan merasa takut
di alam semesta ini. Satu musuh terbesar manusia adalah rasa takut. Karena takut banyak sekali potensi manusia yang terbuang yang mengakibatkan lambannya jalan pertumbuhan karakter manusia. Padahal tidaklah sulit untuk mengalahkan rasa takut ini; seseorang hanya perlu memasrahkan diri kepada Brahma.

Ini bukanlah jalan yang terbaik, faktanya inilah satu-satunya jalan. Pertanyaannya sekarang, mengapa manusia perlu takut? Saat mereka, saat ini maupun yang akan datang, dihadapkan dengan suatu kekuatan duniawi
yang lebih besar dari mereka, maka mereka akan dikendalikan oleh instink rasa takut. Namun jika mereka menyadari bahwa daya Parama Purusa lebih besar
dari lawan-lawan mereka, maka mereka tak perlu takut, walaupun mungkin mereka lemah. Karena Parama Purusa berhubungan dengan setiap ciptaan-Nya. Dia-lah Sang Pencipta, dan entitas yang lain berasal dari-Nya. Dia berhubungan sangat intim layaknya sang ayah dan anak-anaknya. Jadi sangatlah alami bagi manusia untuk bergantung pada-Nya, dan Dia terikat untuk melindungi mereka dengan segala daya-Nya.

Hubungan personal antara Parama Purusa dengan ciptaan-Nya disebut dengan ‘Ota yoga’. Melalui ota yoga Parama Purusa berhubungan dengan semua mahluk, tak ada seorangpun yang sendirian, tak ada yang tak tertolong. Parama Purusa, yang menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang, yang telah tercipta dan yang belum tercipta, yang terjangkau maupun tak terjangkau oleh pikiran, adalah pengendali dan Bapak dari seluruh umat manusia. Dia berhubungan dengan mereka melalui ota yoga, dengan demikian tidak ada
perlunya untuk merasa takut akan kekuatan apapun. Lebih jauh, Ia juga berhubungan dengan seluruh ciptaan melalui prota-yoga atau asosiasi dengan segalanya, pada prota yoga ini, Ia memelihara keseimbangan yang baik antara kepentingan individual dan kepentingan kolektif; atau antara kebebasan individual dan kebebasan kolektif. Ia mengatur mereka yang melanggar kepentingan kolektif, atau meski hanya mencoba untuk melanggarnya. Ia memastikan tak ada mahluk yang sukses sebagai demon di dalam dunia ciptaan-Nya. Jika sang demon menjadi powerful, Dia akan meng-inkarnasikan diri-Nya dengan cara khusus sebagai cara untuk melindungi dunia dari para demon. Dikatakan di dalam Giita,

`Yada yadahi dharmasya glanirbhavati bharata, Cabhyuthanam adharmasya tadatmanam srjamyaham.'

Dikatakan di dalam Giita,

`Yada yadahi dharmasya glanirbhavati bharata, Cabhyuthanam adharmasya tadatmanam srjamyaham.'

Saat para demon di dunia bertambah jumlahnya, saat dharma runtuh dan kehilangan keagungannya (‘glani’ atau ‘distorsi’ berarti pemindahan sebuah objek dari tempat asalnya) dan adharma mengangangkat tinggi-tinggi muka buruknya (abhyutthana berati ‘saat di mana suatu objek diangkat lebih tinggi dari posisi
asalnya), Parama Purusa harus datang meng-inkarnasikan diri-Nya dengan cara khusus untuk memusnahkan para demon yang kuat itu. Demon-demon akan berjuang untuk menahan kekuatan beliau dengan segala daya-upaya, namun ketika the Lord menampakkan diri-Nya, Dia akan datang dengan kekuatan penuh (‘bhaga’)

Aeshvaryainca samgrainca viiryanca yashasah shiyah,
Jinana- vairagyainca sannam bhaga itiungana.'

‘Bhaga’ berarti seluruh kekuatan, yakni anima, laghima, mahima, antaryamitva dan seterusnya (artinya menjadi sangat kecil, sangat besar, sangat berat, maha tahu, dll.) Dengan kedatangan Karakter semacam ini, dunia akan terpolarisasi. Satu grup akan mendukung penuh dan membawa kebesaran nama-Nya, sedangkan grup yang lain akan dengan pahitnya melawan dan menjatuhkan nama-Nya. Salah satu kualitas-Nya adalah ‘Shrii’ yang berarti ‘charming’ – menarik. Orang-orang akan berduyun-duyun mendatangi-Nya secara sadar ataupun tidak. Kata ‘shrii’ adalah kombinasi dari dua konsonan; ‘sha’ dan ‘ra’. ‘sha’ adalah akar kata dari ‘energi’. Jadi ‘shra’ bararti ia yang dipenuhi dengan energi dan juga kemampuan untuk memanfaatkannya. Di dalam gender feminim ini menjadi ‘shrii’ melalui penambahan imbuhan feminim ‘iip’. Kualitas-Nya yang lain adalah pengetahuan dan renunsiasi. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang riil, yakni pengetahuan-diri, yang esensial di dalam memberikan kesejahteraan bagi dunia. Ia maha tahu, omniscient;

`Tatra niratishayam sarvajinabiijam'

dan kualitas berikutnya adalah Vaeragya (renunsiasi) –prefix ‘vi’ – ‘ranj’ + ghain. Vaeragya adalah kondisi di mana tidak ada warna yang mempengaruhi pikiran. Ia
yang tetap tak tergoyahkan oleh apapun diebut dengan 'aparamrsta'. Parama Purusa adalah entitas semacam ini. Ia yang memiliki semua kualitas yang disebut ‘Bhagavan’. Ketika para demon menyebarkan kebengisannya kepada
dunia dalam derajat yang tak tertahankan, dan orang biasa tak mampu menahan kekuatan para demon ini sendirian maupun bersama-sama, Parama Purusa tidak
punya pilihan lain kecuali untuk turun ke dunia untuk membantu mahluk-mahluk yang menderita dan membuat semua perencanaan dan pekerjaan yang diperlukan untuk membawa kesejahteraan.

`Tadatmanam srjamyaham' - `maka Aku harus turun ke muka bumi'. Untuk inilah mengapa manusia tiak perlu takut akan kekuatan apapun dalam situasi apapun. Walaupun Ia tidak datang turun ke muka bumi ini Ia tetap ada di mana-mana. Dia selalu membantu semua melalui ota dan prota yoga-Nya. Dan di saat Dia diperlukan kedatangan-Nya di bumi ini dengan cara khusus – seperti halnya Shiva dan Krsna di masa lalu- maka manusia akan mendapatkan-Nya di tengah-tengah mereka. Inilah prinsip umumnya. Jadi manusia tidak perlu untuk takut. Seperti apakah Dia itu?

`Tamiishvaranam paramam maheshvaram tvam devatanam
paramainca daevatam, Patim patiinam paramam parastad
vidama devam bhuvaneshamiidyam.'

`Tamiishvaranam paramam maheshvaram tvam devatanam
paramainca daevatam, Patim patiinam paramam parastad
vidama devam bhuvaneshamiidyam.'

`Iishvara' berarti ‘pengendali’, pengendali semuanya. Di alam semesta, setiap objek membutuhkan sebuah pengendali. Dikatakan di sini `Tamiishvaranam paramam maheshvaram.' Di dalam banyak segi kehidupan terdapat beragam derajat pengendali. Pengendali dari semua itu adalah Maheshvara, pengendali dari semua pengendali. `Tvam devatanam paramainca daevatam'. Artinya barang siapa yang meminta perlindungan pada Parama Purusa, Pengendali Tertinggi, tak akan pernah merasa takut akan pengendali yang lain. Memang, tak ada alasan yang membuat orang untuk takut. Tak terhitung jumlahnya gelombang-gelombang yang tercipta dari Parama Purusa dan menggetarkan alam semesta, yang disebut ‘deva’. Manifestasi-manifestasi gelombang tersebut tidak lain dari ekspresi dari Entitas Singular: Maheshvara. Ia juga disebut Mahadeva karena Dia-lah sumber dari segala ‘deva’. `Patim patiinam'. Pati berarti pemilik. Di dunia ini ada pemilik yang besar dan ada yang kecil. Dalam bahasa Persia, imbuhan ‘dar’ dipakai untuk mendenotasikan pemilik. Contohnya, pemilik toko disebut ‘dokandar’; mahluk hidup (pemilik hidup) disebut ‘jandar’. Di dalam bahasa Sansekerta, kata ‘pati’ dipakai sebagai pengganti kata ‘dar’ atau pemilik. Contohnya, deshapati, kulapati, dalapati, dst. Dalam Bengali nama ‘Dalui’berasal dari kata ‘dalapati’. Parama Purusa adalah Pemilik Tertinggi dari semua objek, besar atau kecil, jadi mengapa orang yang berlindung kepada-Nya perlu merasa takut?

`Paramam parastad'. Ada dua faktor di balik suatu aksi: bagian penyaksi dan bagian yang disaksikan. Yang disaksikan disebut dengan ‘apara’, dan yang menyaksikan disebut dengan ‘para’. Manusia berhubungan dengan dunia relatif ini melalui sel-sel saraf.jika sel saraf ini adalah ‘para’, maka dunia luar adalah ;apara’. Namun jika sel saraf diaktifkan oleh pikiran, maka pikiran adalah para, dan sel saraf adalah apara-nya. Lalu jika pikiran menjadi adalah apara, maka jiwa adalah para. Dan jika jiwa adalah apara,maka Parama Purusa adalah para. Jadi Parama Purusa adlaah para yang tertinggi dari semua para. Jadi untuk apa takut jika telah berlindung kepada-Nya? Jika manusia perlu mengetahui satu entitas, maka ia harus tahu Yang Tunggal itu. tahu Dia yang Tunggal, tahu semuanya. Atau jika engkau ingin mengetahui semuanya, ketahuilah Yang Satu itu. dengan mempelajari ribuan buku manusia tak akan mampu memajukan dirinya; mereka hanya akan maju dengan Pengetahuan Diri. dikatakan `Vidama devam bhuvaneshamiidyam'. Orang harus mencoba mengetahui Raja dari segala raja, Yang Tertinggi dan asal dari alam semesta, bukan entitas yang lain. Jika orang tahu akan Dia, ia akan tahu semuanya. Ia adalah entitas yang paling pantas untuk dihormati. Jika orang menghormatinya, mereka akan mencapai sukses. Tak ada cara lain, `Nanyh panthah vidyateayanaya'.

Kalikata, November 11, 1978.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar