Senin, 03 Februari 2014


Kisah di Varanasi
Saat itu bulan Mei tahun 1969, ketika aku sedang bekerja di Seva Dharma Mission [1]. Kami menyelenggarakan kegiatan UTC[2] di Varanasi.Varanasi begitu indah, kota spiritual yang penuh getaran di Uttar Pradesh. Orang-orang senang pergi ke Varanasi. Kota tersebut di bangun 7000 tahun yang lalu oleh Lord Shiva. Ia merupakan kota tertua di dunia. Getaran spiritual Lord Shiva masih dapat dirasakan oleh para Yogi di tempat tersebut.

Setelah berusaha, kami menemukan tempat dekat Sungai Ganga  untuk UTC. Saat itu musim kemarau, sangat panas – sedikitnya 100 derajat Fahrenheit. Kebanyakan dari mereka yang hadir adalah para dada. Sepanjang siang kami menghadiri kelas. Setelah makan malam, kebanyakan dari kami menyeberangi sungai naik perahu untuk melakukan sadhana di sisi seberang sungai, dan kembali keesokan paginya.

Sisi seberang sungai benar-benar kering dan terisolasi. Pasir putih bersih sepanjang sungai bersinar bagai ribuan permata surgawi. Kami bermeditasi di pinggiran, dan setelah itu berbaring di atas pasir lembut berkilau di bawah langit terbuka, menikmati kedekatan kami dengan Ibu Pertiwi.

Selama tiga hari pertama, aku mendapat tugas dapur, sehingga tidak bisa pergi dengan saudara-saudaraku menyeberangi sungai. Namun demikian, pada hari keempat, aku mengajak pergi. Pada hari itu, kami memutuskan berjalan lebih jauh sekitar sungai. Kami ada bersepuluh. Kami menyewa perahu yang akan membawa kami menyeberangi sungai[3]. Ketika melewati sungai terdalam, saat itu pukul 11.30 malam. Kami semua mengganti pakaian, dan lalu mencari tempat yang nyaman untuk melakukan meditasi. Setelah pencarian singkat, kami melihat sebuah tempat berbentuk seperti bangku panjang.  Bagian tengah terangkat, dan kedua sisi melandai.

Ketika mendekati tempat tersebut, kami merasakan suatu keanehan yang luar biasa, yang membuat kami merasa mengantuk. Lalu, kami memutuskan untuk istirahat di tempat ini, dan segera duduk di kedua sisi gundukan. Kepala kami bersandar pada bagian yang tinggi, sementara kaki dibawah melandai.

Kami berada di sana hampir lima menit, seketika semua merasakan suatu sensasi yang sangat kuat dan menakutkan. Saat itu masing-masing dari kami seolah-olah mengalami mimpi buruk dalam waktu bersamaan. Kami semua gemetar ketakutan dan bulu kuduk kami merinding. Namun, ketakutan tersebut begitu besarnya hingga kami tak berani berbicara satu sama lain. Semua terpaku oleh rasa takut. Kami tetap dalam keadaan ini, dalam situasi yang ganjil, kira-kira selama 10 menit.

Beberapa lama kemudian, beberapa dari kami berbicara. Kami memutuskan untuk segera meninggalkan tempat ini. Namun, tak satupun dari kami yang bahkan dapat berdiri ! Pada akhirnya, setelah berusaha keras, kami berhasil mengambil pakaian kami dan bergegas.

Kami juga memutuskan untuk tidak tinggal di luar malam itu. Sebaliknya, ingin kembali ke kemah sesegera mungkin. Namun, bagaimana kami menyebrangi sungai? 2 orang dada berkata bahwa mereka mengetahui nama dan alamat tukang perahu. Dengan perasaan takut, kami hanya meneriakkan nama tukang perahu sekencang-kencangnya, berharap agar ia dapat mendengar kami. Mungkin ada peluang bahwa ia masih berada di sisi seberang sungai!

Gema suara keputusasaan kami memecah keheningan malam yang menakutkan tersebut. Sungguh ajaib, tukang perahu mendengar teriakan kami dan datang. Ketika itu mungkin lewat tengah malam saat ia tiba. Kami semua tergopoh-gopoh melompat ke dalam perahu dan kembali ke tempat UTC.

Setelah tiba di lokasi, kami saling menukar cerita tentang apa yang telah terjadi. Tampaknya masing-masing dari kami memiliki mimpi atau gambaran yang menakutkan pada saat yang bersamaan.

Aku melihat diriku sedang bermeditasi di suatu tempat, saat tiba-tiba seorang avidya tantrik raksasa mengancam dengan trishul menunjuk padaku! Kemudian, dengan rasa takut yang amat sangat, aku berteriak tak karuan, “Selamatkan aku!”. Dada lain menggambarkan bahwa ia juga sedang duduk meditasi di suatu tempat tertentu, ketika tiba-tiba seorang avidya tantrik datang dan menggali lubang yang sangat dalam di sekitarnya. Dada menjadi diam ketakutan. Bila ia bergerak meskipun sedikit, ia akan jatuh ke dalam lubang yang dalam tersebut ! Dada ketiga mengatakan kepada kami bahwa ia juga sedang duduk dan bermeditasi, ketika tiba-tiba, seorang avidya tantrik datang dan membuat dinding api bergerak dalam suatu lingkaran di sekitarnya. Api tersebut sangat menakutkan, menyala-nyala hingga ke langit, mengancam untuk memakan dada dan membakarnya menjadi abu. Dada keempat juga melihat dirinya sedang bermeditasi. Tiba-tiba, beberapa avidya tantrik bergegas menujunya dengan trishuls di tangan mereka, bermaksud membunuhnya!
Dengan cara ini, masing-masing dada mengalami mimpi aneh yang menakutkan.

Beberapa minggu kemudian, aku mendapat kesempatan untuk menemani Baba berjalan santai di Ranchi. Para penjaga dan aku sendiri berada di sana bersama-Nya. Aku sangat ingin sekali bertanya pada-Nya tentang pengalaman ini, namun ragu, tak yakin apakah Beliau sedang dalam suasana hati yang baik untuk mendengarkan. Karena pikiran-pikiran tersebut, aku tidak dapat berkonsentrasi pada apa yang Baba katakan padaku.

Kemudian Baba bertanya padaku apa aku ingin menanyakan sesuatu. Aku ragu, namun lagi, Beliau mendorongku untuk berbicara secara terbuka. Kemudian aku menceritakan apa yang telah terjadi pada malam di pinggiran sungai di Varanasi.

Setelah mendengar ceritaku, Baba tampaknya sangat marah dengan diriku. Ia berkata, “Kalian tidak mengikuti sistem meditasi malam. Tapi aku melindungi kalian ! Seorang kapalika tidak pernah boleh pergi ke ghat pembakaran atau kuburan tanpa membawa sebuah lathi atau belati. Ini adalah aturanku. Tempat tersebut dimana kalian duduk adalah kediaman seorang avidya tantrik. Getaran iblisnya mempengaruhi kalian.”

Ia melanjutkan, “Varanasi adalah suatu tempat yang sangat spiritual. Lord Shiva biasanya bermeditasi di sana. Getaran spiritual yang Ia ciptakan masih berada di sana. Bhaerava manapun yang pikirannya terkonsentrasi akan mampu merasakan getaran tersebut. Namun, para bhaerava harus selalu waspada setiap waktu. Bila mereka tidak waspada, maka getaran negatif avidya tantrik akan mempengaruhi mereka sesuai dengan samskara mereka. Ini merupakan perintah dari Mahakaola dimana kalian harus waspada setiap waktu di tempat semacam itu. Anak-anak-Nya harus selalu siap melawan kekuatan immoral.”

Sesungguhnya, tak satupun dari kami yang membawa sebuah lathi atau belati pada malam itu. Sekarang aku mengerti mengapa Baba memberikan hal tersebut dan membuatnya menjadi bagian dari seragam kami. Mereka tak hanya bagian dari seragam kami, yakni  sebagai penghias upacara, serta bukan hanya untuk perlindungan eksternal. Itu semua adalah perlindungan menyeluruh kami!

Baba juga mengatakan bahwa sebelum tidur, seseorang harus menulis dengan jari Ista Mantra-nya pada tempat dimana ia letakkan kepalanya. Kemudian, ia harus memvisualisasikan bahwa ia meletakkan tubuhnya dan segala hal lainnya pada kaki teratai-Nya. Setelah itu, ia akan dapat tidur dengan tenang. Dalam hal ini, Parama Purusa sendiri yang secara pribadi menjaga kami karena ketika pikiran unit tidur dan beristrirahat, Pikiran Kosmik tak akan pernah istirahat !


Acarya Tapeshvarananda Avadhuta


(Ananda Marga Yoga Bali)

[1] Seva Dharma Mission, suatu organisasi yang dibentuk untuk memperkenalkan filosofi spiritual Shrii shrii Anandamurti..
[2] UTC berarti Utilization Training Camp (Kamp Training Pemberdayaan).
[3] Sungai Gangga adalah sungai besar yang memiliki nilai historis kuno. Asal mulanya di puncak Himalaya yang diselimuti salju, di Uttar Pradesh, dekat perbatasan India Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar