Senin, 03 Februari 2014


Persyaratan Untuk Melakukan Latihan Spiritual

           
            Parwati bertanya kepada Siwa, “Apakah syarat minimal untuk menjadi seorang penekun spiritual?” Siwa menjawab, Sukrataer mánavo bhútvá jiṋánii cenmokśamápnuyát.” Ketika makhluk hidup itu mendapatkan wujud fisik manusia sebagai hasil dari perbuatan-perbuatan masa lalu mereka, maka mereka telah mempunyai kompetensi untuk melakukan latihan spiritual.
            Pertanyaan Parwati selanjutnya adalah, “Apakah persyaratan semacam usia, pendidikan, karakter, dll. harus dimiliki oleh manusia untuk melakukan latihan spiritual?”
            Berkaitan dengan usia, boleh dikatakan bahwa ada empat tahapan di dalam kehidupan manusia. Di tingkat pertama, tugas utama manusia adalah menimba ilmu pengetahuan dan melakukan latihan spiritual. Pada tahap kedua, seseorang harus melakukan tugas keduniawian dan melakukan latihan spiritual. Tahap ketiga, ia harus menyelesaikan tugas-tugas dalam keluarga yang masih belum selesai dan melakukan latihan spiritual. Dan terakhir, tahap keempat, ketika tubuh manusia sudah tidak lagi mampu melakukan tugas keduniawian, tugasnya adalah hanya melakukan latihan spiritual. Jadi tidak ada batasan usia jika berkenaan dengan syarat untuk menjadi seorang sadhaka (penekun spiritual).
            Ada suatu cerita lama mengenai hal ini. Seorang anak kecil bernama Dhruva mulai melakukan latihan spiritual dan menyanyikan bhajan [lagu puji-pujian Tuhan] pada usia lima tahun. Hal ini membuat takut para resi dan muni(1) tersohor. Mereka khawatir bahwa anak kecil ini akan melampaui pencapaian spiritual mereka. Maka para bakta ini kemudian mendekati Narayana untuk menyelamatkan mereka agar tidak dipermalukan dan dikalahkan oleh Dhruva. Narayana lalu mengirim Narada untuk menyelesaikan isu ini.    
            Nárada artinya dia yang menyebarkan bakti. Jadi Narada mendatangi Dhruva dan berupaya untuk memikat anak ini dengan mainan, gula-gula, sebuah kerajaan, dan semacamnya. Dia menanyakan mengapa anak kecil ini begitu antusiasnya menyanyikan bhajan dan melakukan latihan spiritual pada usia belia, khususnya pada saat dia masih punya kesempatan yang sangat banyak dalam hidupnya untuk melakukan latihan spiritual. Dhruva menjawab,
“Kaomára ácaret prájiṋah dharmán bhágavatániha,
Durlabhaḿ mánuśaḿ janma tadapyadhruvamarthadam.”
                        “O Narada! Engkau seorang pertapa, pengetahuanmu lebih banyak daripadaku. Tetapi aku ingin ingatkan, untuk memberikan klarifikasi, bahwa kita memperoleh jasad manusia ini setelah melalui banyak kehidupan hewan.”
            Sukrtaer mánavo bhútvá. Hidup manusia didapatkan melalui begitu banyak ujian dan cobaan di masa kehidupan yang lalu. Dari semua makhluk hidup, kehidupan manusia adalah yang paling jarang. Dan semakin jarang lagi tubuh manusia yang telah disempurnakan dengan latihan spiritual.
Shravańáyápi bahubhiryo na labhyah
Shrńvanto’pi bahabo yaḿ na viduh,
Áshcarya vaktá kushalo’sya labdhá
Áshcarya jin
̭áta kushalánushiśt́ah.
            Walaupun telah mendapatkan kehidupan manusia, hanya sedikit yang akan mempunyai hasrat untuk melakukan latihan spiritual. Dan bahkan dari yang sedikit ini, hanya sedikit sekali yang benar-benar bisa menyerap semangat asli dari latihan spiritual. Mereka yang jarang itu, yang paham betul akan pentingnya latihan spiritual, dan melakukannya dengan sungguh-sungguh, dan kemudian mencapai tujuan akhir, adalah benar-benar diberkahi. Dalam usaha untuk menyempurnakan dirinya, walaupun dia akan mendapatkan rintangan dan cobaan dari mereka yang lebih tua dan dekat, dia harus mengabaikannya. Ini bukanlah dosa, bukan kejahatan.
            Dhruva melanjutkan, “Narada, siapa yang tahu apa yang akan terjadi besok? Kau sudah menjadi tua dan kau sudah banyak melakukan latihan spiritual dan menyanyikan bhajan. Tetapi dalam hidupku, matahari mungkin akan terbit besok, atau bisa saja tidak. Misalnya jika aku mati malam ini, jadi bagaimana aku bisa menantikan usia tua itu? Setelah mendengar ini lalu Narada hanya bisa pergi dengan tanpa berkata apa-apa. Dhruva berkata, “Dharmán Bhágavatániha,”. Setiap manusia harus berusaha untuk menjalani Bhagawad Darma sejak kecil. Dengan cara ini maka ia akan punya lebih banyak kesempatan.
            Apakah Bhagawad Darma itu dan apakah persyaratannya? Persyaratan pertama adalah prapatti, yakni kepasrahan, “Aku menyerahkan semuanya kepada Bhagawan [Tuhan]. Apapun yang Ia inginkan akan aku lakukan.” Mereka yang memiliki perasaan ini sejak kecil benar-benar adalah manusia yang sejati. Apakah itu Bhagawad Darma? Adalah vistára (ekspansi mental), rasa (arus gelombang pikiran), dan sevá (pelayanan). Bhagawad Darma membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Ada beberapa sifat yang sama-sama dimiliki oleh tanaman, binatang dan manusia, dan ada sifat lainnya yang dimiliki oleh binatang dan manusia saja. Lebih jauh, ada beberapa sifat yang hanya dimiliki oleh manusia saja.
            Sejumlah orang mengatakan, “Manusia adalah binatang yang berakal sehat.” Aku menolak ungkapan ini. Aku berpendapat bahwa manusia bukanlah binatang. Manusia adalah makhluk yang berakal sehat. Kehidupan manusia mengikuti arus ideologi. Untuk itu, manusia bukanlah binatang. Seperti halnya tanaman dan binatang keduanya adalah makhluk hidup, tetapi tidak sama, demikian juga manusia dan binatang sama-sama makhluk hidup tetapi mereka tidak sama.
            Binatang bergerak tetapi tanaman tidak. Lalu apakah yang membedakan manusia dengan binatang? Vistára, rasa, sevá. Ketiga ini adalah esensi dari Bhagawad Darma, adalah Bhagawad Darma yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
            Setiap orang menginginkan ekspansi, atau berkembang, hasrat untuk berekspansi adalah sifat bawaan atau darma dari manusia. Tidak ada orang yang mau tetap menjadi ksudra – atau kecil dan sempit. Semua ingin memperluas ruang mental mereka. Untuk memuaskan dahaga akan vistára ini, maka orang harus melakukan latihan spiritual secara teratur. Dengan cara ini maka pasti suatu hari akan tiba saatnya di mana jiwa individu akan menyatu dengan Dia, Jiwa Kosmik.
            Faktor kedua adalah rasa. Sejak jaman dahulu kala selalu ada arus getaran kesadaran Kosmik. Manusia selalu ingin agar bisa merapatkan jarak denganNya. Ketika seseorang mampu mencapai Dia, maka kehidupannya akan menjadi sukses dan komplit. Inilah rasa. Hidup sadhaka mendapatkan anugerah berkah dariNya. Di dalam kitab-kitab shastra orang demikian ini disebut dengan áptakáma. Keinginan semacam ini, yakni untuk menyatu dengan Tuhan hanya ada pada manusia, tidak pada makhluk hidup lainnya – tidak ada pada hewan, tanaman dan pepohonan.
            Faktor penting ketiga Bhagawad Darma adalah sevá. Hanya umat manusia yang sadar akan identitas dirinya. Tanaman, hewan dan benda mati tidak punya kesadaran ini. Secarik uang kertas seribuan rupiah tidak akan menyadari bahwa dirinya adalah uang seribuan. Sebuah pohon mangga tidak akan tahu akan dirinya adalah pohon mangga. Seekor serigala juga tidak sadar akan dirinya adalah seekor serigala. Tetapi manusia tahu bahwa dirinya adalah seorang manusia. Manusia juga tahu bahwa Tuhan adalah asal-muasal mereka, Bapa mereka, dan mereka semua adalah anak-anakNya, mereka semua punya hubungan tali persaudaraan dengan semua unit jiwa yang lain.
            Orang tua akan senang sekali jika anak-anaknya dikasihi dan ditolong oleh seseorang. Dengan cara yang sama, Tuhan akan senang jika kalian melayani ciptaanNya – tidak hanya manusia, tetapi juga tanaman, hewan, dan semua yang lain. Dengan demikian, bhúta yajiṋa, pitr yajiṋa dan nr yajiṋa(1) perlu dilakukan. Mereka yang mempunyai perasaan ini adalah manusia dalam arti yang sesungguhnya. Hanya memiliki badan manusia tidak membuat orang menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang berakal sehat. Mereka yang di dalam dirinya telah tumbuh perasaan-perasaan itu disebut sebagai pengikut Bhagawad Darma. Mereka melakukan latihan spiritual Bhagawad Darma. Jadi,
 “Kaomára ácaret prájiṋah dharmán Bhágavatániha,
Durlabhaḿ mánuśaḿ janma tadapyadhruvamarthadam.”
                        Pada usia sedini mungkin orang bijaksana akan mulai mengikuti Bhagawad Darma, memulai latihan spiritual Bhagawad Darmanya. Untuk mengikuti Bhagawad Darma, satu-satunya persyaratan penting adalah kepasrahan total.
            Setelah Dhruva memberikan jawabannya, apakah yang terjadi? Narayana muncul tiba-tiba dan meminta anak kecil ini untuk bangun, mengatakan bahwa dia adalah anak yang sangat belia, dan bertanya apakah perlunya melakukan latihan spiritual di usia yang begitu muda. Kemudian Dhruva menjawab, “Latihan spiritual kulakukan hanya untukMu, dan Engkau telah datang. Maka sekarang aku akan bangun.”
            Kalian harus mengingat fakta bahwa untuk menyadari Beliau, maka usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan hal semacammnya tidak ada relevansinya. Mereka yang pandai, orang tua, dan para intelektual terkenal bisa saja akan tertinggal di belakang, sedangkan orang yang buta huruf melaju dengan kecepatan tinggi mencapai tujuan-tujuannya. Kalian tidak boleh memiliki kompleks inferioritas atau rendah diri bertalian dengan usia, jenis kelamin, pendidikan dll. Kalian semua adalah anak-anakNya. Adalah hak kodratimu sejak lahir untuk meraih Dia, tanpa peduli akan status, kepintaran, atau umur. Jadi dengan demikian gunakanlah hak-hak ini sebaik-baiknya.

Patna, 13 Oktober 1978

(1) Orang suci dan bijaksana.
(2) Secara berurutan; pelayanan kepada benda mati, pelayanan kepada leluhur dan pelayanan kepada manusia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar