Persyaratan Untuk Melakukan Latihan
Spiritual
Parwati
bertanya kepada Siwa, “Apakah syarat minimal untuk menjadi seorang penekun
spiritual?” Siwa menjawab, “Sukrataer mánavo bhútvá jiṋánii cenmokśamápnuyát.” Ketika makhluk
hidup itu mendapatkan wujud fisik manusia sebagai hasil dari
perbuatan-perbuatan masa lalu mereka, maka mereka telah mempunyai kompetensi
untuk melakukan latihan spiritual.
Pertanyaan Parwati selanjutnya
adalah, “Apakah persyaratan semacam usia, pendidikan, karakter, dll. harus
dimiliki oleh manusia untuk melakukan latihan spiritual?”
Berkaitan dengan usia, boleh
dikatakan bahwa ada empat tahapan di dalam kehidupan manusia. Di tingkat
pertama, tugas utama manusia adalah menimba ilmu pengetahuan dan melakukan
latihan spiritual. Pada tahap kedua, seseorang harus melakukan tugas
keduniawian dan melakukan latihan spiritual. Tahap ketiga, ia harus
menyelesaikan tugas-tugas dalam keluarga yang masih belum selesai dan melakukan
latihan spiritual. Dan terakhir, tahap keempat, ketika tubuh manusia sudah
tidak lagi mampu melakukan tugas keduniawian, tugasnya adalah hanya melakukan
latihan spiritual. Jadi tidak ada batasan usia jika berkenaan dengan syarat
untuk menjadi seorang sadhaka (penekun
spiritual).
Ada suatu cerita lama mengenai hal
ini. Seorang anak kecil bernama Dhruva mulai melakukan latihan spiritual dan
menyanyikan bhajan [lagu puji-pujian
Tuhan] pada usia lima tahun. Hal ini membuat takut para resi dan muni(1) tersohor. Mereka khawatir bahwa anak
kecil ini akan melampaui pencapaian spiritual mereka. Maka para bakta ini
kemudian mendekati Narayana untuk menyelamatkan mereka agar tidak dipermalukan
dan dikalahkan oleh Dhruva. Narayana lalu mengirim Narada untuk menyelesaikan
isu ini.
Nárada artinya dia
yang menyebarkan bakti. Jadi Narada mendatangi Dhruva dan berupaya untuk
memikat anak ini dengan mainan, gula-gula, sebuah kerajaan, dan semacamnya. Dia
menanyakan mengapa anak kecil ini begitu antusiasnya menyanyikan bhajan dan
melakukan latihan spiritual pada usia belia, khususnya pada saat dia masih
punya kesempatan yang sangat banyak dalam hidupnya untuk melakukan latihan
spiritual. Dhruva menjawab,
“Kaomára ácaret prájiṋah dharmán bhágavatániha,
Durlabhaḿ mánuśaḿ janma tadapyadhruvamarthadam.”
Durlabhaḿ mánuśaḿ janma tadapyadhruvamarthadam.”
“O Narada! Engkau
seorang pertapa, pengetahuanmu lebih banyak daripadaku. Tetapi aku ingin
ingatkan, untuk memberikan klarifikasi, bahwa kita memperoleh jasad manusia ini
setelah melalui banyak kehidupan hewan.”
Sukrtaer mánavo
bhútvá. Hidup manusia
didapatkan melalui begitu banyak ujian dan cobaan di masa kehidupan yang lalu.
Dari semua makhluk hidup, kehidupan manusia adalah yang paling jarang. Dan
semakin jarang lagi tubuh manusia yang telah disempurnakan dengan latihan
spiritual.
Shravańáyápi bahubhiryo na labhyah
Shrńvanto’pi bahabo yaḿ na viduh,
Áshcarya vaktá kushalo’sya labdhá
Áshcarya jiṋáta kushalánushiśt́ah.
Shrńvanto’pi bahabo yaḿ na viduh,
Áshcarya vaktá kushalo’sya labdhá
Áshcarya jiṋáta kushalánushiśt́ah.
Walaupun telah mendapatkan kehidupan
manusia, hanya sedikit yang akan mempunyai hasrat untuk melakukan latihan
spiritual. Dan bahkan dari yang sedikit ini, hanya sedikit sekali yang
benar-benar bisa menyerap semangat asli dari latihan spiritual. Mereka yang
jarang itu, yang paham betul akan pentingnya latihan spiritual, dan
melakukannya dengan sungguh-sungguh, dan kemudian mencapai tujuan akhir, adalah
benar-benar diberkahi. Dalam usaha untuk menyempurnakan dirinya, walaupun dia
akan mendapatkan rintangan dan cobaan dari mereka yang lebih tua dan dekat, dia
harus mengabaikannya. Ini bukanlah dosa, bukan kejahatan.
Dhruva melanjutkan, “Narada, siapa
yang tahu apa yang akan terjadi besok? Kau sudah menjadi tua dan kau sudah
banyak melakukan latihan spiritual dan menyanyikan bhajan. Tetapi dalam
hidupku, matahari mungkin akan terbit besok, atau bisa saja tidak. Misalnya
jika aku mati malam ini, jadi bagaimana aku bisa menantikan usia tua itu?
Setelah mendengar ini lalu Narada hanya bisa pergi dengan tanpa berkata
apa-apa. Dhruva berkata, “Dharmán Bhágavatániha,”. Setiap manusia harus berusaha untuk
menjalani Bhagawad Darma sejak kecil. Dengan cara ini maka ia akan punya lebih
banyak kesempatan.
Apakah Bhagawad Darma itu dan apakah
persyaratannya? Persyaratan pertama adalah prapatti,
yakni kepasrahan, “Aku menyerahkan semuanya kepada Bhagawan [Tuhan]. Apapun
yang Ia inginkan akan aku lakukan.” Mereka yang memiliki perasaan ini sejak
kecil benar-benar adalah manusia yang sejati. Apakah itu Bhagawad Darma? Adalah
vistára (ekspansi
mental), rasa (arus gelombang
pikiran), dan sevá (pelayanan).
Bhagawad Darma membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Ada beberapa
sifat yang sama-sama dimiliki oleh tanaman, binatang dan manusia, dan ada sifat
lainnya yang dimiliki oleh binatang dan manusia saja. Lebih jauh, ada beberapa
sifat yang hanya dimiliki oleh manusia saja.
Sejumlah orang mengatakan, “Manusia
adalah binatang yang berakal sehat.” Aku menolak ungkapan ini. Aku berpendapat
bahwa manusia bukanlah binatang. Manusia adalah makhluk yang berakal sehat.
Kehidupan manusia mengikuti arus ideologi. Untuk itu, manusia bukanlah
binatang. Seperti halnya tanaman dan binatang keduanya adalah makhluk hidup,
tetapi tidak sama, demikian juga manusia dan binatang sama-sama makhluk hidup
tetapi mereka tidak sama.
Binatang bergerak tetapi tanaman
tidak. Lalu apakah yang membedakan manusia dengan binatang? Vistára, rasa, sevá. Ketiga ini
adalah esensi dari Bhagawad Darma, adalah Bhagawad Darma yang membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Setiap orang menginginkan ekspansi,
atau berkembang, hasrat untuk berekspansi adalah sifat bawaan atau darma dari
manusia. Tidak ada orang yang mau tetap menjadi ksudra – atau kecil dan sempit. Semua ingin memperluas ruang
mental mereka. Untuk memuaskan dahaga akan vistára ini, maka orang
harus melakukan latihan spiritual secara teratur. Dengan cara ini maka pasti
suatu hari akan tiba saatnya di mana jiwa individu akan menyatu dengan Dia,
Jiwa Kosmik.
Faktor kedua adalah rasa. Sejak jaman dahulu kala selalu ada
arus getaran kesadaran Kosmik. Manusia selalu ingin agar bisa merapatkan jarak
denganNya. Ketika seseorang mampu mencapai Dia, maka kehidupannya akan menjadi
sukses dan komplit. Inilah rasa.
Hidup sadhaka mendapatkan anugerah berkah dariNya. Di dalam kitab-kitab shastra
orang demikian ini disebut dengan áptakáma. Keinginan semacam ini, yakni untuk menyatu
dengan Tuhan hanya ada pada manusia, tidak pada makhluk hidup lainnya – tidak
ada pada hewan, tanaman dan pepohonan.
Faktor penting ketiga Bhagawad Darma
adalah sevá. Hanya umat manusia yang sadar akan
identitas dirinya. Tanaman, hewan dan benda mati tidak punya kesadaran ini.
Secarik uang kertas seribuan rupiah tidak akan menyadari bahwa dirinya adalah
uang seribuan. Sebuah pohon mangga tidak akan tahu akan dirinya adalah pohon
mangga. Seekor serigala juga tidak sadar akan dirinya adalah seekor serigala.
Tetapi manusia tahu bahwa dirinya adalah seorang manusia. Manusia juga tahu
bahwa Tuhan adalah asal-muasal mereka, Bapa mereka, dan mereka semua adalah
anak-anakNya, mereka semua punya hubungan tali persaudaraan dengan semua unit
jiwa yang lain.
Orang tua akan senang sekali jika
anak-anaknya dikasihi dan ditolong oleh seseorang. Dengan cara yang sama, Tuhan
akan senang jika kalian melayani ciptaanNya – tidak hanya manusia, tetapi juga
tanaman, hewan, dan semua yang lain. Dengan demikian, bhúta yajiṋa, pitr yajiṋa dan nr yajiṋa(1) perlu dilakukan. Mereka yang mempunyai
perasaan ini adalah manusia dalam arti yang sesungguhnya. Hanya memiliki badan
manusia tidak membuat orang menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang berakal
sehat. Mereka yang di dalam dirinya telah tumbuh perasaan-perasaan itu disebut
sebagai pengikut Bhagawad Darma. Mereka melakukan latihan spiritual Bhagawad
Darma. Jadi,
“Kaomára ácaret prájiṋah dharmán Bhágavatániha,
Durlabhaḿ mánuśaḿ janma tadapyadhruvamarthadam.”
Durlabhaḿ mánuśaḿ janma tadapyadhruvamarthadam.”
Pada usia sedini mungkin
orang bijaksana akan mulai mengikuti Bhagawad Darma, memulai latihan spiritual
Bhagawad Darmanya. Untuk mengikuti Bhagawad Darma, satu-satunya persyaratan
penting adalah kepasrahan total.
Setelah Dhruva memberikan jawabannya,
apakah yang terjadi? Narayana muncul tiba-tiba dan meminta anak kecil ini untuk
bangun, mengatakan bahwa dia adalah anak yang sangat belia, dan bertanya apakah
perlunya melakukan latihan spiritual di usia yang begitu muda. Kemudian Dhruva
menjawab, “Latihan spiritual kulakukan hanya untukMu, dan Engkau telah datang.
Maka sekarang aku akan bangun.”
Kalian harus mengingat fakta bahwa
untuk menyadari Beliau, maka usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan hal
semacammnya tidak ada relevansinya. Mereka yang pandai, orang tua, dan para
intelektual terkenal bisa saja akan tertinggal di belakang, sedangkan orang
yang buta huruf melaju dengan kecepatan tinggi mencapai tujuan-tujuannya.
Kalian tidak boleh memiliki kompleks inferioritas atau rendah diri bertalian
dengan usia, jenis kelamin, pendidikan dll. Kalian semua adalah anak-anakNya.
Adalah hak kodratimu sejak lahir untuk meraih Dia, tanpa peduli akan status,
kepintaran, atau umur. Jadi dengan demikian gunakanlah hak-hak ini
sebaik-baiknya.
Patna, 13 Oktober
1978
(1) Orang suci dan bijaksana.
(2) Secara berurutan;
pelayanan kepada benda mati, pelayanan kepada leluhur dan pelayanan
kepada manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar