Senin, 03 Februari 2014


Sadhana di Sundarbans
Pada tahun 1977, setelah krisis pemerintahan berakhir, aku menginisiasi seseorang yang bernama Dr. Anirudha Bera di Calcutta, yang berasal dari wilayah hutan rawa Sundarbans di bagian Selatan Bengali Barat. Ia mengundangku pergi bersama ke desanya untuk menginisiasi kerabat dan teman-temannya. Kami pergi ke sana sehari sebelum Amavasya, jadi aku dapat mempersiapkan diri untuk melakukan meditasi kapalik, bentuk meditasi yang lebih tinggi, dilakukan oleh para avadhuta di sebuah lokasi perkuburan yang tenang.

Di daerah sekitar desa, kami menyeberangi sebuah sungai dimana kami melihat suatu tempat kremasi. Pada malam berikutnya, aku meminta padanya untuk mengantarku ke tempat tersebut untuk meditasi kapalik. Ia mengambil tongkat bambu bersamanya untuk melindungi diri. Ketika tiba di tempat tujuan, aku memintanya agar menungguku di pojok tanah kremasi. Aku membuat lingkaran pada tanah di sekitarnya dan menginstruksikan agar duduk dan bermeditasi dalam lingkaran. Aku meyakinkan dia bahwa sepanjang tetap berada dalam lingkaran, maka ia akan selamat. Kemudian, aku berjalan ke pusat kegelapan dan tempat tersembunyi dan duduk dipinggir sungai untuk  bermeditasi. Cuacanya sangat tenang dan damai.

Ketika sedang bermeditasi, aku mendengar lolongan serigala tepat di belakangku. Aku menjadi agak gelisah, terpikir bahwa serigala tersebut mungkin akan menyerangku. Segalanya terjadi tiba-tiba tanpa ada peringatan, serigala tersebut melompat padaku dari belakang. Aku merasakan cakar yang berat dipundak. Aku juga merasakan lidahnya yang basah menjilati belakang leherku, bersiap-siap untuk melahap kepalaku. Aku merinding ketakutan dan berteriak dengan sekuat tenaga, "Baba" Namun aku ragu, meminta bantuan Baba. Aku pikir, “Sampai matipun, aku tak akan mempersulit Baba dengan meminta-Nya menyelamatkanku.” Kemudian, aku menggerakkan pundak untuk bertahan, tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Menakjubkan, serigala tersebut menghilang.

Aku melanjutkan meditasiku. Selang beberapa waktu kemudian, aku mencium bau mayat busuk. Bau tersebut begitu kuatnya dan memuakkan hingga aku merasa mau muntah. Merasakan bau yang menyengat ini, aku tak mampu bernafas. Aku merasa tercekik dan putus asa. Namun, aku ingat janji Baba kepada kami, “Tak seorangpun dapat mengganggu meditasimu.” Tiba-tiba, bau yang tak menyenangkan tersebut menghilang. Aku merasa normal kembali. Selanjutnya, seberkas cahaya menyejukan muncul dihadapan dan aku menikmati sisa dari meditasiku.

Ketika selesai, aku kembali ke tempat dimana aku meninggalkan margii. Aku melihatnya sedang bermeditasi, dan perlahan-lahan, aku mengeluarkan suara batuk menandakan kehadiranku. Ia membuka matanya saat mendengar batukku. Kemudian aku membuka lingkaran dan memintanya untuk melangkah keluar lingkaran tersebut. Aku bertanya bagaimana meditasinya.

Ia seketika menjawab, “Dada, aku sungguh takut. Aku mengeluarkan banyak keringat. Aku merasakan kekuatan yang tak wajar berputar-putar di sekitar lingkaran, mencoba masuk kedalamnya.” Aku bertanya padanya apakah ia mendengar serigala atau merasakan bau mayat busuk. Ia mengatakan tidak. Aku mengatakan mengenai apa yang aku alami, dan menjelaskan bahwa tempat ini pasti tempat meditasi seorang avidya tantrik. Orang tersebut pasti telah mempergunakan kesaktiannya untuk menakut-nakuti kita agar segera menyingkir, namun ia gagal. Kemudian, aku mengatakan padanya, “Jangan kuatir. Itu bukan apa-apa. Baba selalu bersama kita. Apapun yang kita sedang lakukan, Dia mengetahui segalanya.”

Satu tahun kemudian, setelah Baba keluar penjara dan telah mengakhiri  puasa panjang-Nya, aku menemani-Nya saat jalan santai di kebun. Ketika kami berjalan, aku ingat insiden di lahan perkuburan tersebut. Tiba-tiba, Baba berhenti dan berbalik padaku. Dia berkata, “Apapun yang sedang kita lakukan, Dia mengetahui segalanya.” Ini merupakan kata yang sama yang aku katakan kepada margii pada malam tersebut satu tahun yang lalu. Saat Baba tersenyum padaku, mataku berlinang air mata. Aku menyadari bahwa Ia selalu melindungi kita dimanapun kita berada.

Acarya Tapeshvarananda Avadhuta
Diterjemahkan oleh Ananda Marga Yoga Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar