Sadhana di Sundarbans
Pada tahun 1977, setelah krisis pemerintahan
berakhir, aku menginisiasi seseorang yang bernama Dr. Anirudha Bera di
Calcutta, yang berasal dari wilayah hutan rawa Sundarbans di bagian Selatan
Bengali Barat. Ia mengundangku pergi bersama ke desanya untuk menginisiasi
kerabat dan teman-temannya. Kami pergi ke sana sehari sebelum Amavasya, jadi aku dapat mempersiapkan
diri untuk melakukan meditasi kapalik,
bentuk meditasi yang lebih tinggi, dilakukan oleh para avadhuta di sebuah lokasi perkuburan yang tenang.
Di daerah sekitar desa, kami menyeberangi sebuah sungai dimana kami melihat
suatu tempat kremasi. Pada malam berikutnya, aku meminta padanya untuk
mengantarku ke tempat tersebut untuk meditasi kapalik. Ia mengambil tongkat bambu bersamanya untuk melindungi
diri. Ketika tiba di tempat tujuan, aku memintanya agar menungguku di pojok
tanah kremasi. Aku membuat lingkaran pada tanah di sekitarnya dan
menginstruksikan agar duduk dan bermeditasi dalam lingkaran. Aku meyakinkan dia
bahwa sepanjang tetap berada dalam lingkaran, maka ia akan selamat. Kemudian,
aku berjalan ke pusat kegelapan dan tempat tersembunyi dan duduk dipinggir
sungai untuk bermeditasi. Cuacanya
sangat tenang dan damai.
Ketika sedang bermeditasi, aku mendengar lolongan serigala tepat di
belakangku. Aku menjadi agak gelisah, terpikir bahwa serigala tersebut mungkin
akan menyerangku. Segalanya terjadi tiba-tiba tanpa ada peringatan, serigala
tersebut melompat padaku dari belakang. Aku merasakan cakar yang berat
dipundak. Aku juga merasakan lidahnya yang basah menjilati belakang leherku,
bersiap-siap untuk melahap kepalaku. Aku merinding ketakutan dan berteriak
dengan sekuat tenaga, "Baba" Namun aku ragu, meminta bantuan Baba.
Aku pikir, “Sampai matipun, aku tak akan mempersulit Baba dengan meminta-Nya
menyelamatkanku.” Kemudian, aku menggerakkan pundak untuk bertahan, tak tahu
lagi apa yang harus dilakukan. Menakjubkan, serigala tersebut menghilang.
Aku melanjutkan meditasiku. Selang beberapa waktu kemudian, aku mencium bau
mayat busuk. Bau tersebut begitu kuatnya dan memuakkan hingga aku merasa mau
muntah. Merasakan bau yang menyengat ini, aku tak mampu bernafas. Aku merasa
tercekik dan putus asa. Namun, aku ingat janji Baba kepada kami, “Tak
seorangpun dapat mengganggu meditasimu.” Tiba-tiba, bau yang tak menyenangkan
tersebut menghilang. Aku merasa normal kembali. Selanjutnya, seberkas cahaya
menyejukan muncul dihadapan dan aku menikmati sisa dari meditasiku.
Ketika selesai, aku kembali ke tempat dimana aku meninggalkan margii. Aku
melihatnya sedang bermeditasi, dan perlahan-lahan, aku mengeluarkan suara batuk
menandakan kehadiranku. Ia membuka matanya saat mendengar batukku. Kemudian aku
membuka lingkaran dan memintanya untuk melangkah keluar lingkaran tersebut. Aku
bertanya bagaimana meditasinya.
Ia seketika menjawab, “Dada, aku sungguh takut. Aku mengeluarkan banyak
keringat. Aku merasakan kekuatan yang tak wajar berputar-putar di sekitar
lingkaran, mencoba masuk kedalamnya.” Aku bertanya padanya apakah ia mendengar
serigala atau merasakan bau mayat busuk. Ia mengatakan tidak. Aku mengatakan
mengenai apa yang aku alami, dan menjelaskan bahwa tempat ini pasti tempat
meditasi seorang avidya tantrik.
Orang tersebut pasti telah mempergunakan kesaktiannya untuk menakut-nakuti kita
agar segera menyingkir, namun ia gagal. Kemudian, aku mengatakan padanya,
“Jangan kuatir. Itu bukan apa-apa. Baba selalu bersama kita. Apapun yang kita
sedang lakukan, Dia mengetahui segalanya.”
Satu tahun kemudian, setelah Baba keluar penjara dan telah mengakhiri puasa panjang-Nya, aku menemani-Nya saat
jalan santai di kebun. Ketika kami berjalan, aku ingat insiden di lahan
perkuburan tersebut. Tiba-tiba, Baba berhenti dan berbalik padaku. Dia berkata,
“Apapun yang sedang kita lakukan, Dia mengetahui segalanya.” Ini merupakan kata
yang sama yang aku katakan kepada margii pada malam tersebut satu tahun yang
lalu. Saat Baba tersenyum padaku, mataku berlinang air mata. Aku menyadari
bahwa Ia selalu melindungi kita dimanapun kita berada.
Acarya
Tapeshvarananda Avadhuta
Diterjemahkan oleh Ananda Marga Yoga Bali
Diterjemahkan oleh Ananda Marga Yoga Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar