Tuhan Tidak Membenci Siapapun
Ketika orang menyadari
bahwa mereka adalah bagian dari jasad Diri Tuhan yang terbentang maha luas,
maka tidak akan ada gangguan di dalam pikiran, meskipun mereka dikritik atau
dihina, atau diperlakukan seperti orang bodoh yang derajatnya rendah atau tak
berfaedah. Manusia itu tidak sempurna – hanya Tuhanlah yang sempurna. Namun
demikian, semakin mereka mendekati Tuhan, semakin mereka akan terbebas dari
ketidaksempurnaan. Dan ketika mereka menjadi
satu dengan Tuhan: tidak akan ada lagi pemisahan. Dalam keadaan yang
normal, saat manusia masih menjadi sadhaka
[pencari spiritual], yakni ketika mereka dalam proses mendekati Tuhan
tetapi belum sampai manunggal denganNya, maka mereka pasti masih punya
kelemahan-kelemahan, baik kelemahan besar ataupun kecil.
Beberapa dari kelemahan ini akan mendorong
orang melakukan dosa. Masyarakat akan mengkritik mereka yang melakukan dosa.
Kritik ini punya sisi positif, yakni menghalangi orang berbuat dosa karena rasa
takut, atau karena dihina atau dipermalukan. Namun demikian, pendosa ini juga harus
mengingat bahwa walaupun masyarakat mungkin membenci atau menyakiti mereka,
Tuhan tak akan pernah melakukan hal yang sama karena mereka semua juga adalah putra-putriNya.
Dan di saat orang menyadari hal ini, ia akan berhenti melakukan dosa. Jalan
terbaik bagi manusia untuk menghentikan perbuatan dosa adalah selalu ingat
bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan.
“Tak peduli
apakah seluruh dunia menistakan dan mengusir aku, aku masih tetap punya tempat
di pangkuan Tuhan, ini adalah hak kodratiku.” Jadi, dalam situasi yang
bagaimanapun manusia tidak boleh membiarkan apapun mengganggu atau ikut campur
masalah hubungan dua arah mereka dengan Tuhan. Mereka tak boleh berpikir bahwa
Tuhan membenci mereka. Tuhan tak akan bisa membenci siapapun karena semua
adalah anak-anakNya yang tercinta. Orang tua mungkin saja menghardik anak yang
nakal tetapi tidak akan pernah bisa memusuhi mereka. Begitu juga Tuhan mungkin
akan membentak, tetapi Dia tak akan bisa membenci. Kadangkala orang tua dengan
marah beteriak kepada anaknya, “Pergilah kau ke neraka sontoloyo,” tetapi ini
bukanlah maksud yang sesungguhnya. Ini hanyalah ungkapan dari mulut mereka, bukan
dari dalam hati. Orang tua yang sama akan menjadi sangat khawatir jika anaknya
sedang sakit atau meratap, “Oh, apa yang akan terjadi pada anak kita. Kita tak
tahu apa yang mesti dilakukan.” Jadi mereka akan menunjukkan perhatian yang tulus
kepada si anak.
Kalian harus
selalu ingat bahwa ada dua hal yang tidak bisa dilakukan oleh Tuhan. Pertama,
Dia tidak bisa menciptakan Tuhan lain seperti Dirinya. Jika seseorang menjadi
sebesar Tuhan dengan jalan mengideasikan pikiran kepadaNya, maka dia akan
menjadi Tuhan itu; lebur denganNya. Jadi Tuhan tetap satu dan hanya satu –
bukan dua. Kedua, Dia tidak bisa membenci siapapun. Bahkan meskipun Dia ingin
membenci seseorang, seorang pendosa besar misalnya, tetap saja Dia tak
bisa. Dalam keadaan bagaimanapun Dia tak
akan bisa melakukan kedua hal tadi.
Ada sebuah
cerita yang sangat menarik untuk mengilustrasikan hal ini. Suatu hari ada
seekor serigala berpikir, “Mengapa banyak manusia melewati jalan ini? Mengapa
mereka semua pergi?” Setelah bertanya-tanya, akhirnya mereka mengerti bahwa
orang-orang itu pergi ke pengadilan untuk memperjuangkan kasus hukum. “Mengapa
kita harus lebih rendah dari manusia? Pikir serigala. Kita juga harus membuat
tuntutan dan berjuang di pengadilan. Jadi dengan demikian kita akan sama seperti
manusia itu.” Kemudian salah satu dari serigala itu berkata, “Jika suatu saat
ada buah yang jatuh dari pohon, aku akan tangkap dan langsung memakannya. Dan kau
harus langsung protes dan berteriak, “Hey, buah itu milikku. Aku tak akan
membiarkan kau memakannya”. Lalu kita akan mulai berdebat, yang kemudian harus
diselesaikan di pengadilan.”
Akhirnya
keduanya setuju untuk memulai pertengkaran palsu ini. Setelah beberapa saat,
sepotong buah terjatuh dari pohon. Tetapi, serigala kedua tidak memprotes sama
sekali pada saat temannya mulai menggigit buah itu. Serigala pertama lalu
keberatan, “Mengapa kau tidak protes seperti yang kita rencanakan tadi? Kau
seharusnya mengklaim bahwa buah ini milikmu.” Serigala kedua lalu menjawab,
“Jika kau mau memakan buah itu, silakan saja. Aku tak keberatan.” Karena
serigala-serigala itu tidak bisa memulai pertengkaran maka mereka tidak punya
dasar untuk membuat tuntutan di pengadilan. Oleh karena itulah maka mereka tak
akan pernah menjadi sama seperti manusia.
Hewan-hewan
liar dan burung-burung tak bisa membenci siapapun walau mereka menginginkannya.
Begitu pula Tuhan, meski Ia berhasrat untuk membenci seseorang yang mungkin
saja kurang ajar, Dia tak akan bisa. Pada saat Dia berpikir untuk membenci
seseorang, Dia akan seketika itu juga ingat bahwa orang itu adalah anakNya dan
mengatakan, “Kemarilah anakKu, duduklah di pangkuanKu. Nanti jangan ulangi lagi
kesalahan yang sama.”
Kalikata, 3 November 1978
Tidak ada komentar:
Posting Komentar