Senin, 03 Februari 2014


Tuhan Tidak Membenci Siapapun
           

            Ketika orang menyadari bahwa mereka adalah bagian dari jasad Diri Tuhan yang terbentang maha luas, maka tidak akan ada gangguan di dalam pikiran, meskipun mereka dikritik atau dihina, atau diperlakukan seperti orang bodoh yang derajatnya rendah atau tak berfaedah. Manusia itu tidak sempurna – hanya Tuhanlah yang sempurna. Namun demikian, semakin mereka mendekati Tuhan, semakin mereka akan terbebas dari ketidaksempurnaan. Dan ketika mereka menjadi  satu dengan Tuhan: tidak akan ada lagi pemisahan. Dalam keadaan yang normal, saat manusia masih menjadi sadhaka [pencari spiritual], yakni ketika mereka dalam proses mendekati Tuhan tetapi belum sampai manunggal denganNya, maka mereka pasti masih punya kelemahan-kelemahan, baik kelemahan besar ataupun kecil.
             Beberapa dari kelemahan ini akan mendorong orang melakukan dosa. Masyarakat akan mengkritik mereka yang melakukan dosa. Kritik ini punya sisi positif, yakni menghalangi orang berbuat dosa karena rasa takut, atau karena dihina atau dipermalukan. Namun demikian, pendosa ini juga harus mengingat bahwa walaupun masyarakat mungkin membenci atau menyakiti mereka, Tuhan tak akan pernah melakukan hal yang sama karena mereka semua juga adalah putra-putriNya. Dan di saat orang menyadari hal ini, ia akan berhenti melakukan dosa. Jalan terbaik bagi manusia untuk menghentikan perbuatan dosa adalah selalu ingat bahwa mereka adalah anak-anak Tuhan.
            “Tak peduli apakah seluruh dunia menistakan dan mengusir aku, aku masih tetap punya tempat di pangkuan Tuhan, ini adalah hak kodratiku.” Jadi, dalam situasi yang bagaimanapun manusia tidak boleh membiarkan apapun mengganggu atau ikut campur masalah hubungan dua arah mereka dengan Tuhan. Mereka tak boleh berpikir bahwa Tuhan membenci mereka. Tuhan tak akan bisa membenci siapapun karena semua adalah anak-anakNya yang tercinta. Orang tua mungkin saja menghardik anak yang nakal tetapi tidak akan pernah bisa memusuhi mereka. Begitu juga Tuhan mungkin akan membentak, tetapi Dia tak akan bisa membenci. Kadangkala orang tua dengan marah beteriak kepada anaknya, “Pergilah kau ke neraka sontoloyo,” tetapi ini bukanlah maksud yang sesungguhnya. Ini hanyalah ungkapan dari mulut mereka, bukan dari dalam hati. Orang tua yang sama akan menjadi sangat khawatir jika anaknya sedang sakit atau meratap, “Oh, apa yang akan terjadi pada anak kita. Kita tak tahu apa yang mesti dilakukan.” Jadi mereka akan menunjukkan perhatian yang tulus kepada si anak.
            Kalian harus selalu ingat bahwa ada dua hal yang tidak bisa dilakukan oleh Tuhan. Pertama, Dia tidak bisa menciptakan Tuhan lain seperti Dirinya. Jika seseorang menjadi sebesar Tuhan dengan jalan mengideasikan pikiran kepadaNya, maka dia akan menjadi Tuhan itu; lebur denganNya. Jadi Tuhan tetap satu dan hanya satu – bukan dua. Kedua, Dia tidak bisa membenci siapapun. Bahkan meskipun Dia ingin membenci seseorang, seorang pendosa besar misalnya, tetap saja Dia tak bisa.  Dalam keadaan bagaimanapun Dia tak akan bisa melakukan kedua hal tadi.
            Ada sebuah cerita yang sangat menarik untuk mengilustrasikan hal ini. Suatu hari ada seekor serigala berpikir, “Mengapa banyak manusia melewati jalan ini? Mengapa mereka semua pergi?” Setelah bertanya-tanya, akhirnya mereka mengerti bahwa orang-orang itu pergi ke pengadilan untuk memperjuangkan kasus hukum. “Mengapa kita harus lebih rendah dari manusia? Pikir serigala. Kita juga harus membuat tuntutan dan berjuang di pengadilan. Jadi dengan demikian kita akan sama seperti manusia itu.” Kemudian salah satu dari serigala itu berkata, “Jika suatu saat ada buah yang jatuh dari pohon, aku akan tangkap dan langsung memakannya. Dan kau harus langsung protes dan berteriak, “Hey, buah itu milikku. Aku tak akan membiarkan kau memakannya”. Lalu kita akan mulai berdebat, yang kemudian harus diselesaikan di pengadilan.”
            Akhirnya keduanya setuju untuk memulai pertengkaran palsu ini. Setelah beberapa saat, sepotong buah terjatuh dari pohon. Tetapi, serigala kedua tidak memprotes sama sekali pada saat temannya mulai menggigit buah itu. Serigala pertama lalu keberatan, “Mengapa kau tidak protes seperti yang kita rencanakan tadi? Kau seharusnya mengklaim bahwa buah ini milikmu.” Serigala kedua lalu menjawab, “Jika kau mau memakan buah itu, silakan saja. Aku tak keberatan.” Karena serigala-serigala itu tidak bisa memulai pertengkaran maka mereka tidak punya dasar untuk membuat tuntutan di pengadilan. Oleh karena itulah maka mereka tak akan pernah menjadi sama seperti manusia.
            Hewan-hewan liar dan burung-burung tak bisa membenci siapapun walau mereka menginginkannya. Begitu pula Tuhan, meski Ia berhasrat untuk membenci seseorang yang mungkin saja kurang ajar, Dia tak akan bisa. Pada saat Dia berpikir untuk membenci seseorang, Dia akan seketika itu juga ingat bahwa orang itu adalah anakNya dan mengatakan, “Kemarilah anakKu, duduklah di pangkuanKu. Nanti jangan ulangi lagi kesalahan yang sama.”

Kalikata, 3 November 1978

Tidak ada komentar:

Posting Komentar