Senin, 14 April 2014

Bhakti Adalah Jalan Yang Terbaik

Shrii Shrii Anandamurti



Sudah diakui secara umum bahwa jalan keselamatan ada tiga jenis, jiṋana [baca: gyana], karma dan bhakti. Ketiga peran ini diakui sebagai jalan, dan aku tidak mempermasalahkannya. Tapi, orang-orang yang berpengalaman dalam kehidupan spiritualitas mengatakan, setelah realisasi mereka, bahwa jalan bhakti adalah yang terbaik. Bahkan raksasa intelektual Shamkaracarya harus mengakui bahwa "mokśa kárańasamagryaḿ bhaktireva gariyasii" - bhakti adalah jalan terbaik untuk mencapai moksa atau kelepasan, pendekatan bhakti adalah yang terbaik.

Mengapa pendekatan bhakti adalah yang terbaik? Pendekatan gyana adalah melalui analisis dan sintesis, melalui rute gerakan sistaltik. Ada jeda dan kecepatan. Selama fase jeda selalu ada kesempatan degenerasi. Dan apa yang terjadi di dalam pendekatan karma? Di saat perhatian seseorang dialihkan dari tujuan hidupnya, dialihkan dari titik puncak kemajuannya, ia akan merosot. Kesombongan bisa berkembang baik dalam dunia gyana maupun karma. Tetapi jalan bhakti tidak berbahaya. Di jalan gyana seseorang menjaga jarak agak jauh dari tujuan dan mencoba untuk menganalisa. Dalam kasus karma, sama saja, meskipun posisinya mungkin sedikit lebih dekat, menjaga jarak sedikit lebih dekat. Tapi dalam kasus Bhakti, apa yang terjadi? Sadhaka datang dalam jarak yang paling dekat dengan tujuannya, dengan Tuhannya, dengan Parama Purusanya.
Bagi seorang gyani, tujuan adalah sesuatu yang impersonal. Tuhan adalah sesuatu yang impersonal, sesuatu yang teoritis. Bagi seorang karmi, Tuhan bukanlah pribadi dan bukan juga impersonal, tapi mempertahankan kaitan antara keduanya. Jadi dalam kehidupan seorang karmi pengalaman frustrasi lebih sedikit dibandingkan dengan yang dialami seorang gyani. Tapi dalam kehidupan seorang bhakta, Tuhan adalah satu pribadi, Bapaknya sendiri, Roh dari jiwanya sendiri. Jadi sadhaka terhubung  dengan tujuannya sendiri, dan keterkaitan dengan Tuhan pribadinya ini dipertahankan selamanya dan tidak pernah rusak. Itulah sebabnya semua orang harus mengakui kenyataan bahwa “Mokśa kárańasamagryaḿ bhaktireva gariyasii. Bhakti adalah pendekatan yang terbaik, pendekatan bhakti adalah pendekatan yang terbaik. Ini tidak memerlukan kekuatan intelektual maupun stamina karmika.

Kehidupan manusia adalah terbatas. Manusia datang ke dunia ini untuk waktu yang sangat singkat. Jika selama waktu yang singkat ini orang mencoba untuk mempelajari seluruh kitab suci maka ini  akan memakan waktu lebih dari seribu tahun. Sedangkan dia hanya ada di sini selama kurang lebih seratus tahun. Jadi, menyusuri jalan jiṋana [baca: gyana, atau pengetahuan] hanya merupakan pemubasiran eksistensi. Sedangkan karma sendiri tidak ada batasnya dan struktur manusia adalah sesuatu yang terbatas, dengan stamina dan kapasitas terbatas. Jadi jalan bhakti tidak hanya tidak beresiko, tapi adalah yang paling bijaksana dan merupakan pendekatan dari orang paling cerdas. Jadi saranku kepada kalian semua adalah majulah di sepanjang jalan bhakti. Ini adalah jalan terbaik.
Dalam wacana pendek di Bombay baru-baru ini, aku jelaskan dalam menanggapi sebuah pertanyaan, bahwa seorang gyani sebenarnya menyalahgunakan keberadaan mereka, membuang waktu yang berharga, dan karmi pun juga juga sama jika mereka membiarkan diri sendiri lepas dari tujuan.
Berkaitan dengan intelijensi, mereka yang disebut sebagai intelektual memiliki intelek kelas "C", yang disebut karmi memiliki intelek kelas "B" dan bhakta adalah orang-orang paling cerdas yang memiliki intelek kelas "A". Jadi aku berharap kalian semua berusaha untuk menjadi intelektual kelas "A"  dan bergerak di sepanjang jalur aman jalan bhakti.

Dalam wacana sebelumnya aku mengatakan bahwa Parama Tattva adalah seperti pepohonan mangga yang rindang. Selanjutnya tiga orang, tiga aspiran, seorang gyani, seorang karmi dan bhakta, pergi ke pohon mangga itu. Apa yang akan dilakukan gyani? Ia akan menghitung berapa banyak daun di pohon mangga. Sementara ia sedang menghitung daun, karmi akan memanjat pohon dan menyentuh daun, bunga dan mangga. Dan apa yang akan dilakukan bhakta? Para bhakta akan menikmati rasa mangga tersebut. Dan apa yang akan terjadi di malam hari? Para bhakta selesai menyantap semua mangga, sedangkan si gyani dan karmi akan ribut bertengkar.

Ada begitu banyak kitab suci, Weda dan Purana, ada begitu banyak buku, diakui ataupun tidak diakui, dan para gyani akan bertengkar di antara mereka sendiri mengenai tata bahasa dan hasanta dan visarga dari sloka-slokanya. Dan apa yang akan dilakukan karmi? Mereka tidak akan bertengkar tetapi mereka akan bekerja seperti lembu memutar mesin pemeras minyak. Pernahkah kalian melihat lembu yang bekerja di mesin pemeras minyak? Mereka bergerak lebih dari seratus mil per hari, tapi tidak ada kemajuan. Semua gerakan mereka terbatas pada ruangan itu. Karmi seperti itu.
Tapi apa yang akan dilakukan bhakta? Kitab-kitab suci seperti lautan. Dan apa yang akan dilakukan bhakta? Mereka akan mengaduk lautan itu. Setelah diaduk apa yang akan mereka dapatkan? Mentega dan dadih. Lalu sang bhakta akan memakan menteganya, dan di malam hari gyani dan karmi akan bertengkar mengenai siapa yang berhak atas dadih sisanya. Untuk itu jadilah orang yang cerdas. Saranku kepada kalian adalah untuk menjadi cerdas dan jangan coba-coba untuk menjadi intelektual kelas "C".

2 Desember 1978, Madras
Ananda Vacanamrtam 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar